Sarapan pagi ini
adalah cerca maki manusia berdarah tinggi kepada hamba Tuhan yang rendah diri.
Diguyur hujan deras yang tak kunjung henti di musim penghujan ini, salah
satunya sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti dari pertikaian
ini. Tangisan bayi yang membumbui suasana tegang itu pun tak dihiraukan
keduanya. Begitu tinggi ego yang dipertahankan mereka di usia tua yang
seharusnya mampu bersikap dewasa. Terangah-angah kami pun mendengarnya. Heran
mengapa yang satu terlalu percaya diri untuk membenarkan perkataannya dan satu
yang lainnya terlalu hina untuk meluruskan ucapannya. Kami yang mendengar dan
melihatnya pun sekejap tahu dan tertawa dalam hati melihat pertunjukkan yang
didalangi oleh setan. Dua hati yang keras dengan ego yang melangit tidak bisa
dibenarkan sama sekali. Disalahkan pun tidak akan ada guna karena hanya
menyulut api yang lebih besar lagi. Hal ini selalu berulang hanya karena
masalah seujung jari. Tak mampu membereskan dengan kepala dingin seperti
tersesat dalam labirin. Tidak akan berhenti sampai tulang melunglai, suara
melenyai, dan pikir pun mengusai.
Dia dengan emosi
yang meledak-ledak terus menggumami perkara palsu. Dan dia yang menjadi kambing
hitam pergi melarikan diri di tengah hujan yang tengah membanjiri. Entah harus
menunggu berapa lama lagi menantikan akhir dari kisah ini. Bergerak dan
berbicara pun hanya akan menjadi bumerang yang tak terkendali. Seperti raja dan
ratu yang tak pernah menyatu. Kami para penduduk negeri hanya bermiris hati
mendengar pertikaian yang tak terlerai sepanjang hari sampai gendang telinga
kami tak mampu menahan bisingnya hati. Tidak pernah bagi kami merasakan
kedamaian meski dalam sehari. Ingin rasanya bagi kami pindah ke lain negeri,
tetapi hati tak merelakan kami pergi dan masih ingin berbakti tanpa henti.
Tuhan pun tak mengizinkan dengan menanam keyakinan dalam hati kami akan ada
saat ketika semuanya akan terhenti seiring berjalannya waktu. Sekarang bukan
lagi masa dimana rakyat bergantung pada raja dan ratunya, melainkan berjalan
secara terbalik. Kebahagiaan raja dan ratu bergantung pada kemakmuran rakyat
yang dibentuk oleh diri mereka sendiri.
Melayangkan pikiran
ke angkasa dan berangan akan terciptanya keharmonisan sudah menjadi kudapan
sehari-hari. Ketenangan dan kedamaian yang didambakan selalu pergi bersama
angin kemarin. Para istri nelayan sibuk menyiangi hasil tangkapan suaminya pagi
ini. Tak sedikit dari mereka yang mampu menghargai perjuangan suaminya yang
bertarung melawan kekejaman laut malam demi mencari sambungan hidup. Segala prasangka
busuk terlontar dari lidah yang tak mengenal iba. Tak ada jeda untuk menghela
napas sejenak bagi lawan bicaranya. Segala cela cerca pun diterima
anak-anaknya. Sayap malaikat yang dahulu menjadi perisai pun merontok karena
kebuasan sang induk yang haus akan mangsa yang tak bernyawa. Sangat
sulit bagi kami memaksanya untuk menghadap cermin yang terbentang luas di atas
kepala. Melihat gambaran yang sama ketika orang tuanya berlaku seperti dirinya.
Memperlihatkan dampak yang seharusnya dapat menyadarkan dia. Namun Tuhan selalu
ditentangnya tak peduli dengan kebenaran dari luar yang berusaha merasuk dalam
hidupnya yang berjarak antara dua jari yang berdampingan. Keandalannya bersilat
lidah membuat siapa pun menutup mata, telinga, dan mulutnya untuk agar
terhindar dari petaka yang dibawanya. Kehadirannya selalu menjadi perdebatan
dan buah bibir para tetangganya. Kadang hati merasa kasihan, tetapi perangainya
selalu menolak pengibaan dan malah berpegang pada kebenaran yang istan.
Mungkin tak ada
seorang pun yang mampu mengubah sampai malaikat maut mencabut nyawanya. Semoga Tuhan
menyayangi dirinya sebelum ditenggelamkannya ia pada lahar neraka yang haus
akan dosa. Sanak saudara yang berpayung kesengsaraan juga tak lagi memiliki
waktu untuknya. Mereka telah disibukkan oleh masalah yang mati satu dan di hari
berikutnya tumbuh menjadi seribu. Dan kini semua digantungkan pada waktu yang
berputar. Sama dengan tujuan hidup manusia pada umumnya, yaitu menghabiskan
waktu di sisa hidupnya. Serahkan waktu pada mereka dan biarkan mereka beserta keinginannya
yang akan mengantarkan pada akhir hidup yang setara dengan ganjarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar