Mengapa seseorang
terlahir ke dunia? Akan ada saat seseorang memikirkannya, mungkin datang dari
diri sendiri dengan tiba-tiba atau datang bersama orang lain tanpa kasat mata. Setiap
arti dan tujuan hidup adalah milik setiap makhluk. Takdir hanyalah sebuah tonggak
peringatan pada sudut jalan yang ditelusuri, bukan sebagai penunjuk arah kemana
akan pergi. Pilihan jalan hidup bahkan telah menghadap tegas di wajahnya
sebelum merasakan panasnya udara bumi yang terisi padat oleh hamparan jiwa.
Namun sayang usia membungkamnya hingga harus mengekor pada sekelompok orang yang
berpengalaman dalam mengenyam asamnya garam kehidupan. Dan ketika telah siap
untuk menentukan, dipetiknya buah itu di saat haus akan sarinya. Ada dua
pilihan, berjalan di atas jalan yang tersedia dengan segala isinya atau membuat
jalan beserta isinya dari hasil daya cipta. Orang yang terpaku pada takdirnya
akan memilih jalan yang pertama dan orang yang kukuh pada pendirian atas tujuan
hidupnya akan memilih jalan yang kedua. Dia adalah orang yang berdiri pada awal
garis penentuan. Kemudian ia berjalan di antara keduanya dan membuat
persimpangan di depan agar kedua jalan itu menyatu. Ada sesuatu yang tampak di
hadapannya. Sesuatu yang telah lama ada yaitu pemberian Tuhannya. Dan dia
berusaha untuk menghasilkan sesuatu ketika dia tidak melihat yang dibutuhkan
dalam perjalanannya. Agar dia mau belajar dan memahami adalah alasan mengapa
dia menyatukan kedua jalan itu. Ketika dia mendapatkan pemberian dari Tuhannya,
dia ditantang Tuhan untuk dapat mensyukurinya. Dan ketika dia tidak menemukan apa-apa
yang dia butuhkan di tengah perjalanan, alam menantangnya untuk mendapatkan
kebutuhan itu dengan segala daya dan upaya.
Jalannya adalah perpaduan
dari dua jalan. Dua jalan dengan warna yang berbeda. Hitam dan putih.
Warna-warna yang dilihatnya ketika akal tak mampu mencerna makna hidup yang
dibuat rumit oleh para manula. Bawakan dia kuas dan seribu kaleng tinta dengan
warna yang berbeda lalu berikan dia ruang dan kesempatan untuk berkarya
melukiskan bagaimana hidupnya. Dia memang bukan orang dengan kemampuan seni
yang andal, tetapi dia punya harga yang patut dibayar. Dia yakin bagaimana pun
hasil karyanya akan selalu ada pengunjung dalam gubuk galerinya walaupun hanya singgah
sementara dan menyatakan sebuah nilai sesaat lalu pergi dengan sepatah kata
dalam bisik lirih. Tidak peduli seberapa buruk hasilnya. Yang dia ingat, banyak
waktu yang diluangkannya hanya untuk sekadar membuktikan melalui gambar yang
tak rupawan akan kehidupannya yang sederhana sebagai manusia dengan dua sisi di
atas dua jalan yang dipadukannya menjadi satu serta menyuguhkan arti di setiap
jengkalnya.
Banyak yang hampir
tidak mungkin dilewatkan. Orang-orang yang dijumpainya dalam perjalanan. Ada
yang hanya sekadar lalu tanpa menatap, ada juga yang menghampiri membawa sekotak
kejutan dengan sejuta rasa dan makna di dalamnya. Mereka menjadi warna bagi
hidupnya. Mereka datang lalu pergi dan begitu seterusnya sampai dia menemukan
seseorang yang datang bersama takdir dari usahanya. Namun terlalu cepat berharap
akan hal itu dalam wujud manusia yang tamak. Ketamakan yang mengalir deras dalam darahnya telah berkuasa dalam
separuh hidup yang mati akan rasa. Selalu ada malam ketika air mata mengandung
dosa jatuh di atas sajadah pertaubatan. Namun arti kosong kian bertandang pada
hari berikutnya hingga mencekik dan melemahkan
hasrat perubahan. Berdiri dan kemudian jatuh lagi sudah menjadi atmosfer
yang sangat biasa dalam merajut impian. Salah itu suatu kewajaran. Namun akan
lebih salah ketika tahu bahwa kesalahan itu ada tetapi tidak mau berusaha untuk
mengubahnya menjadinmsesuatu yang dapat dibenarkannya. Benar pun tidak selalu menjadi benar bagi makhluk-Nya.
Kebenaran tidak akan memiliki arti jika kesalahan di hadapannya dibiarkan
berjalan tanpa henti.
Dia lahir bersama
iblis dan malaikat di sampingnya. Dia berjalan di atas satu jalan yang dengan dua
arah yang berbeda. Dia memiliki keluarga ganda yang selalu menuntut hidupnya.
Namun ia punya satu tujuan hidup yang terangkum dari sejuta penjabaran pikiran tiap
manusia.
Menghabiskan waktu. Menghabiskan waktu berarti luas. Semua bergantung pada bagaimana caranya dan lingkungan yang berpengaruh dalam menghabiskan masa hidupnya. Semua tampak abu-abu… kasar… terasa seperti kabut bercampur debu yang tersapu angin pagi buta dengan mentari yang lelap dalam buaian rembulan. Hari kemarin adalah warisan dari pengalaman, hari ini merupakan tantangan yang tak mungkin terelakkan, dan hari esok selalu menjadi misteri yang akan dibanjiri hadiah dari Sang Ilahi. Ingin sekali baginya menyalahkan Tuhan yang menceburkannya pada laut kefanaan. Namun Tuhan selalu menawarkan harta karun di dasarnya. Harta yang mengantarkannya pada suatu pilihan. Lagi-lagi sebuah pilihan. Selalu ada pilihan dalam setiap perjalanan. Hanya pilihan dan pilihan sampai pada akhirnya tercapai satu tujuan. Menghabiskan waktu memang menjadi tujuannya, tetapi harapan akan hasil akhir yang memuaskan dari sebuah tujuan telah ada dalam benaknya yang mulai matang. Banyak hal yang dapat dianalogikan sebagai gambaran hidup. Namun hidup terlalu singkat jika hanya dihabiskan dalam bentuk analogi.
Menghabiskan waktu. Menghabiskan waktu berarti luas. Semua bergantung pada bagaimana caranya dan lingkungan yang berpengaruh dalam menghabiskan masa hidupnya. Semua tampak abu-abu… kasar… terasa seperti kabut bercampur debu yang tersapu angin pagi buta dengan mentari yang lelap dalam buaian rembulan. Hari kemarin adalah warisan dari pengalaman, hari ini merupakan tantangan yang tak mungkin terelakkan, dan hari esok selalu menjadi misteri yang akan dibanjiri hadiah dari Sang Ilahi. Ingin sekali baginya menyalahkan Tuhan yang menceburkannya pada laut kefanaan. Namun Tuhan selalu menawarkan harta karun di dasarnya. Harta yang mengantarkannya pada suatu pilihan. Lagi-lagi sebuah pilihan. Selalu ada pilihan dalam setiap perjalanan. Hanya pilihan dan pilihan sampai pada akhirnya tercapai satu tujuan. Menghabiskan waktu memang menjadi tujuannya, tetapi harapan akan hasil akhir yang memuaskan dari sebuah tujuan telah ada dalam benaknya yang mulai matang. Banyak hal yang dapat dianalogikan sebagai gambaran hidup. Namun hidup terlalu singkat jika hanya dihabiskan dalam bentuk analogi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar