Tidak lama kemudian gadis itu kembali dengan wajah lugu yang menipu. Tak sengaja bertemu dalam sempitnya ruang dunia dan waktu. Beda dengan yang lain.
Tidak berawal dengan jabat tangan perkenalan. Tahu namanya pun hanya kebetulan.
Mimik kikuk yang jelas tampak di wajahnya mengundang hati menjalin kata dengan
cengkerama. Basa basi tanpa modal dusta tidak buruk untuk awal cerita. Namun
kadang mereka lain menilainya. Tidak apa, tak peduli bagaimana caranya yang
penting dapat lebih dekat mengenalnya. Tidak pernah ada saran untuk menilai
sebuah buku hanya dari sampulnya, begitu pula dengan menilai seseorang, yaitu dia. Dugaan
hanya berlaku sementara ketika sepintas mengenal seseorang. Belum lama mengenalnya, sudah
banyak cerita romansa bertabur prosa dengan rima yang penuh dengan dilema. Menarik
ketika mendengar suara lirihnya mengatakan beberapa hal tentang kisah hidupnya.
Kelembutan menyertai tutur katanya serasa diterpa angin kesabaran seorang
remaja yang tengah mempersiapkan dirinya beranjak menuju dewasa. Jujurnya telinga
membedakan dirinya ketika berbicara langsung maupun tidak, tidak terlalu buruk. Dalam kisahnya terkandung pelajaran berharga yang
dapat diambil sebagai bekal dirinya menghadapi masa ketika ia bertemu dengan
sejuta karakter manusia. Adalah kesan yang tertangkap melihat dirinya yang
sedikit bicara. Bagaimana tidak jika ia selalu mempersulit diri bersama
temannya, emosi, yang selalu dipendam dalam hati sendiri. Ia selalu pintar
sembunyikan hati dalam keramaian maupun temaram. Entah apa yang membuatnya
menutup diri, padahal ia bukan putri malu yang menguncup jika disentuh dan
ia juga bukan bunga matahari yang merunduk ketika surya turun dari takhtanya.
Sempat berpikir ingin
berbagi cerita dan bertukar pikiran dengannya di saat waktu senggang
mengizinkan kami bertemu tatap. Biarkan akal pikiran kami bertemu dan memadu
dalam satu muara yang menghubungkan kami pada tali pertemanan yang kuat. Kemudian
terjelma lewat panorama batin yang terpencar jadi bias cahaya ragam warna.
Ternyata tidak mudah, hatinya seperti pecahan gunung es yang lama tidak
mencair. Rasa hati ingin menjadi air yang diraup dari kehangatan sungai yang
termatangkan teriknya mentari siang yang cerah dan meneteskannya pada sebongkah
hati yang keras dan membeku itu. Akan tetapi, seketika tersadar saat melihat jalan
yang terbentang lurus ke depan tanpa ujung yang terlihat, perjalanan yang
panjang terus menanti. Berjalan perlahan masuk ke dalam terowongan panjang yang
gelap gulita menanti cahaya di ujung jalan dengan sabar. Semua indera mati dan
berharap ada penuntun setia yang bersedia menggenggam jemari kasar yang tak pernah
terjamah sama sekali. Sesekali mencoba ‘tuk membuka mata menyadarkan diri bahwa tak ada
yang akan rela melakukannya demi kurcaci tak bestari. Lagipula tampaknya tak perlu ada yang harus
melakukan hal seperti itu, mungkin hanya cukup dengan temani dan jangan melangkah terlalu jauh agar tetap terdengar langkah kaki yang murni, juga jangan terburu-buru sambil berlari kecil karena jarang sekali dan hanya pada saat ini dapat merasakan hangatnya berjalan di samping bidadari. Tidak ada yang perlu dijadikan hal pelik
berbumbukan konflik, biarkan layar terbuka lebar dan terembuskan angin
kehidupan hingga berlabuh pada kebahagiaan yang diharapkan. Kesamaan terkadang
tidak selalu dapat disatukan, apalagi perbedaan gender yang telah menjadi
kodrat alam membuat pandangan antarmanusia semakin beragam. Menjadi
sebuah tantangan yang menarik ketika harus berhadapan dengan seseorang yang
memiliki banyak kesamaan yang seolah menjadi cermin diri sendiri dan mencoba
untuk memahaminya, tetapi tidak harus berarti itu dirinya.
Dirinya bagai
misteri yang belum terungkap, tetapi akan suatu saat nanti. Hanya dia dan
orang-orang terdekatnya yang tahu benar bagaimana dirinya yang sesungguhnya. Pernyataan
yang melekat erat tepat di pikiran adalah ketika dirinya sulit memercayai siapa
pun terutama pada lelaki. Pola pikirnya yang tekadang radikal sangat
mengkhawatirkan bagi kehidupan sosialnya. Namun, doa dan harapan orang yang
menyayanginya senantiasa menyertai dia agar selamat dunia dan akhirat. Memang
nyatanya sulit membujuk rayu orang berhati batu, tetapi jika dihadapi dengan
sabar dan ikhlas akan terasa sakinah nan syahdu. Tampak nyaman baginya ketika
berteman dengan para tersangka kehamilan di negeri tetangga, lelaki maksudnya.
Alasan untuk itu memang dikarenakan hal yang jelas menurutnya dan itu menjadi
haknya untuk memilih dengan siapa ia ingin bergabung dalam kumpulan orang yang lain
watak dan kepribadiannya. Daripada melihat keributan di depan gedung para
perendah negara lebih baik jalan-jalan di sore hari menikmati payung alam yang
teranyam cedayam di bibir pantai dan menunggu matahari terbenam hingga senja berganti malam. Mungkin secara kasar ia tak mau
ambil pusing bahkan untuk kesehatannya pun ia seperti tak ingin berpusing ria dan tak terlalu repot memikirkan cacing-cacing dalam perutnya yang mulai berorasi
meneriakkan yang bukan menjadi haknya. Dengan santai ditahannya rasa lapar yang menyiksa daksa, padahal
itu takkan mengubah penampilannya yang sudah cukup anggun dengan perawakan semampai
bak seorang putri raja. Biarpun begitu, kekasih tercintanya takkan membiarkan
dirinya merelakan diri terciduk kemalasannya membangun pola makan yang baik. Beruntung
karena banyak yang menyayanginya, tidak ingin dirinya jatuh sakit karena egonya
dan senantiasa menjaga dia dari segala yang tak diinginkan. Sempat ia jatuh,
tetapi ia segera bangkit dengan sentuhan semangat dari orang-orang yang mendukung
upayanya dalam meraih mimpi yang tertunda. Ringkihnya kehidupan tak pernah dijadikan
acuan untuk berhenti berjuang mendaki gunung kesuksesan. Bersama yang lain
membangun asa dan impian. Suka dan duka menjadi teman setia dalam perjalanan. Letih
dan lelah adalah hal yang biasa tertelan. Dengan harapan dapat melalui semua
bersama mengasah batuan menjadi berlian.
Dia memiliki rahasia sendiri yang ditutupi dengan penuh
jeri dan hati-hati khawatir nanti akan ada yang mencuri. Coba meniliknya pelan,
tetapi sukar menangkap pintan dalam rasian. Bukan menyerah, hanya saja cukup
biarkan rembulan memasangsurutkan samudra yang menginspirasi diletan. Santun bahasanya
memuat banyak perhatian ketika kata keluar dengan ahsan. Di antara kesunyian ia
dapat meramaikan suasana dengan senyumnya yang rupawan. Perangai yang tampak galan
dan terkadang asal-asalan adalah karunia Tuhan yang membuatnya punya banyak
teman. Kadang ada saja yang berjalan di balik sekat, mengintip dan mencuri
pandang mata intan nan sayu yang mencerminkan keindahan ciptaan Tuhan. Mengagumkan
rasanya jika mampu membuat kesan yang meninggalkan gurat kenangan dan tak sekadar
menjadi iklan. Sembari berjalan akan dilakukan apapun untuknya selama tubuh
rela memberikan jantungnya yang lemah tak berdaya. Sesekali beristirahat di
tengah perjalanan, ada pula saatnya ketika diri tak mampu memberikan setetes
air pun padanya di saat bintang yang membakar di siang hari membutuhkan korban
agar dapat bertahan esok hari. Bagaimanapun tak ada alasan untuk berhenti
mencari. Mencari bantuan sana-sini dengan peluh yang membanjiri. Peduli tanda sayang
pada teman yang ironi. Sampai mati kami takkan hidup sendiri di saat waktu akan
menutup hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar