Dia sangat berterimakasih kepada orang-orang yang telah memberikannya beberapa sentuhan kata yang secara sadar atau pun tidak, baik sengaja maupun bukan, entah itu berupa gurauan, bualan, atau hasil dari keseriusan. Namun apapun itu pada nyatanya dapat menimbulkan sebuah pemikiran lain yang bukan hal negatif baginya dan secara spontan terbesit seketika beberapa saat setelah mencerna seabrek kalimat yang merambak dan membelukar cepat di dalam nalar. Dan itu hanya akan menjadi bunga pikiran, cepat atau lambat akan gugur dan melayu pada waktunya apabila ia sekadar berpikir sekilas tanpa menumpahkannya ke dalam lembaran praktik kehidupan. Meskipun pada nyatanya tidak semua dengan mudah merealisasikan apa yang telah didapat dan dipikirkan. Di balik itu selalu ada proses, pengklarifikasian, penyanggahan, perdebatan, dan lain sebagainya yang terjadi secara tidak langsung di dalam pikirannya pribadi. Bahkan terkadang dirinya mendapati relawan sebagai pendengar untuk menjadi seorang penyimak apa yang telah ia dapat dan diuraikan kembali dalam pikiran yang kemudian diverbalisasikan dalam bentuk rangkaian kalimat yang tidak langsung dapat dimengerti orang lain. Dalam hal itu dia pun memilih orang yang bisa dipercaya dan selalu berharap orang yang menjadi pendengarnya itu dapat memahami apa yang ia katakan agar suatu saat ketika ada orang lain yang bertanya pada orang itu mengenai paradigmanya, ia akan menjawab sesuai dengan apa yang pernah dibicarakan sebelumnya.
Dari pertama kali diciptakannya manusia hingga kini, setiap manusia memiliki keunikan tersendiri, salah satunya dalam hal watak dan kepribadian. Banyak para ahli yang mengungkap sekaligus mendefinisikan keduanya. Namun bukan itu yang akan dibahas kali ini. Sebenarnya tidak ada yang akan dibahas secara mendalam, tetapi sedikit pemaparan mengenai penilaian orang terhadap diri seseorang. Lantas apa lagi setelah ini? Berhenti cukup sampai di sini sajakah? Tidak, dalam kesempatan ini ia tidak akan menyalahkan siapa yang bercanda dan siapa pula yang serius. Hanya memetik sedikit dari percakapan mereka yang ditujukan kepada dirinya dan menyatakannya kembali dalam sebuah tulisan tidak karuan ini menjadi sebuah pelajaran menarik bagi diri sendiri.
Ada yang tahu mengenai Personality Plus? Ya, sejenis pengelempokan watak yang diatur dan diklasifikasikan sedemikian rupa menjadi empat buah kepribadian pokok manusia antara lain, Melankolis, Sanguinis, Koleris, dan Flegmatis. Setiap orang memiliki beberapa kombinasi dari empat kepribadian hasil dari buah kritisnya pemikiran manusia ini. Ia sendiri menyenangi hal hal yang menyangkut kepribadian manusia. Dan kita sebagai manusia harus saling mengerti dan memahami antarsesama. Jika kita tidak mampu atau kurang dalam memahami antarsesama, maka biasanya akan terjadi kesalahpahaman dan akan menimbulkan berbagai konflik dari konflik yang ringan sampai yang berat sekali pun. Hal itu tidak jarang terjadi di antara beberapa manusia yang berlomba-lomba dalam memperkukuh egonya yang tinggi dan berusaha mempertahankan pendiriannya akan kebenaran berdasarkan persepsi subjektif mereka. Menarik, bukan?
Panjang lebarnya pembicaraan melalui tulisan yang diketik ini bukan berarti tanpa alasan tertentu. Justru pengungkapan ini karena adanya dorongan yang membuatnya ingin berpikir dan menunjukkan kalau memang ada yang perlu diklarifikasi kembali. Bukan karena dia memasukkan perkataan orang lain ke dalam hatinya, melainkan karena dia butuh pemahaman dari orang lain yang sama-sama butuh pengertian. Perasa? Ya, dia memang perasa. Menurut Florence Littauer adalah wajar bagi seorang Melankolis memiliki sifat perasa atau terkadang orang lain menyebutnya sebagai hal yang “sensitif”. Mungkin tidak sedikit yang merasa risih, tidak juga jarang yang salah mengerti. Akan tetapi, ia tidak pernah permasalahkan itu dengan memaksakan orang lain untuk mengerti dirinya. Cukup dia yang tahu bagaimana cara mereka menilai dirinya. Dia peduli dan berterima kasih sekali atas penilaian yang langsung berupa ungkapan atau secara tidak langsung melalui perlakuan.
Kemudian
kita berbicara tentang pengertian. Di balik segala kesalahan dan kekurangan
selalu ada pembenaran yang berupaya untuk meluruskan semuanya. Di pihak lain
ada yang mengatakan bahwa jika ingin dimengerti maka kita pun harus bisa
mengerti. Itu memang benar, tetapi sayangnya masih ada yang keliru dalam
masalah pengertian mengenai usaha dia untuk mengerti seseorang. Mungkin ketika dirinya berusaha mengerti mereka, mereka belum sadar dan tetap merasa tidak
dimengerti. Mengapa? Sebenarnya ia sudah berusaha untuk mengerti
mereka, hanya saja dengan caranya yang mungkin berbeda dan tidak biasa membuat
mereka tetap menganggap ia tidak mampu mengerti mereka dengan cara yang mereka
kira. Kecuali itu, ada pula yang dapat mengerti. Bukan tidak ingin mengubah
caranya menjadi seperti yang mereka inginkan, melainkan dia akan lebih nyaman
dengan menjadi dirinya sendiri. Dan bukan berarti ia egoistis, hanya saja cara
yang ia terapkan dalam mengerti sebuah keadaan sama sekali tidak merugikan jika
diamati. Baginya tidak ada yang salah dari dirinya atau dengan cara yang ia tunjukkan. Malahan ia mencoba kembali untuk lebih mengerti mereka dengan cara menunjukkan
perangai baik dan membebaskan mereka dalam memberikan penilaian terhadap dirinya. Apapun penilaian mereka bukan sebuah masalah pelik yang harus
diperpanjang. Karena memang pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna,
bukan? Oleh karena itu, wajar saja jika antarsesama memiliki kebutuhan untuk dimengerti
dan dipahami. Kembali lagi pada diri seseorang tersebut, jangan pernah paksakan
kehendak diri masing masing sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Jalani dengan ikhlas akan membuahkan hasil yang lebih baik. Dan sebaiknya
sebelum mengerti seseorang dan keadaan yang terjadi di lingkungan dalam waktu
tertentu, kita dapat memahami dan mengerti diri kita sendiri. Karena tidak
sedikit orang orang yang bingung dan bertanya tanya mengapa orang lain tidak
bisa mengerti dirinya. Tidak langsung berarti karena dirinya tidak mengerti orang lain,
tetapi ada kemungkinan dirinya juga belum mengerti dan memahami dirinya sendiri.
Tidak ada yang "tidak", hanya ada "belum" dan akan menjadi
"akan", dari "akan" akan menjadi "sudah". Dan untuk
orang-orang yang merasa dirinya selalu dapat mengerti sebuah keadaan, kaliah harus tahu bahwa seseorang juga harus senantiasa bercermin ke dalam diri sendiri ketika
menemukan orang dan lingkungan baru dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar