keyfind

keyfind

Menangkan Surga atau Bidadari Neraka


Di malam tahun baru umat muslim, kelemahan manusia atas nafsu menjerumuskan mereka pada lingkaran setan yang membentang dalam kerentanan jiwa yang telah teracuni. Ini bukanlah sebuah kehendak yang terencana sebelumnya. Semua berjalan dan berlalu begitu saja tanpa adanya kendali yang pasti. Di sisi lain mereka mengetahui seharusnya bukan itu yang dilakukan mereka di malam yang penuh dengan renungan atas segala dosa yang bertahun tahun telah sekumpulan orang itu lakukan baik sadar maupun tidak. Masa mereka kini adalah masa yang tepat untuk mempersiapkan diri menuju pertaubatan dan kedewasaan. Di samping itu mereka menyadari akan sikapnya yang menunjukkan bahwa diri mereka sama sekali belum siap menerima predikat sebagai "manusia" yang sesungguhnya, bahkan ketika dalam masa persiapannya sekali pun. Sangat sering orang-orang itu dikalahkan oleh pola pikir negatif remaja yang menyakiti emosi dan merusak sugesti positif yang lama tertanam dalam alam bawah sadar.

Perlahan mereka sadar dan merasa gagal sebagai umat Rasulullah SAW, juga sebagai hamba Allah SWT. Pengabdian mereka pada Yang Maha Esa tak pernah dijalankan dengan baik dan benar. Implementasi atas amalan baik rasul dan pemimpinnya sangat jarang mereka laksanakan. Padahal mereka tahu semua itu adalah hal yang akan menyelamatkan mereka di hari dimana dunia akan lenyap seketika setelah tiupan terakhir sangkakala Israfil a.s . Pada saat itu pulalah manusia-manusia yang tamak akan kesenangan duniawi merasa seperti seekor keledai yang memanggul segudang buku di atas punggungnya. Hidup seperti mayat yang bertubuh kaku tak sadarkan diri di antara makhluk berotak yang semakin hari semakin menuhankan akalnya. Ketidaktahuan mereka akan berapa lama diri mereka menjalani hidup seperti itu membuat mereka tampak lebih tak berguna lagi berdiri layaknya manusia yang normal. Namun, bukan berarti mereka bosan menjalani hidup dan berusaha menjadi orang gila yang tidak memiliki hutang dalam hidupnya.

Kegagalan dalam meraih kesuksesan dunia bukanlah hal yang seharusnya dicemaskan. Akan tetapi, adalah kegagalan dalam hal lain yang membuat umat terdiam kecemasan, yaitu kegagalan dalam memimpin dirinya sendiri. Bukan berandai, melainkan jika memang gagal dalam memimpin diri sendiri, dengan tanpa sengaja pun manusia akan gagal menggenggam dunia dan menggapai kebahagiaan yang sebenarnya. Setiap manusia memiliki kemampuan dan potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Hal yang paling utama dan mayoritas diketahui oleh khalayak umum sebelum seseorang turun ke medan perang untuk memimpin dunia adalah siapa pun harus mampu memimpin dirinya sendiri. Dan inilah yang membuat mereka merasa terhambat di balik cita cita yang terangkai dan telah menggunung bersama kawan kawan seperjuangan mereka. Dan beruntunglah mereka rasanya ketika berada di antara teman teman yang memiliki satu tujuan, bersikap kritis, memiliki semangat juang yang tinggi, dan ada pula yang senantiasa mengingatkan mereka akan pentingnya meningkatkan ketauhidan pada Yang Maha Kuasa.

Entah bagaimana cara mereka memperjuangkan diri untuk bebas dari kesalahan dan keburukan walaupun tidak sedikit orang tahu benar bahwa manusia adalah tempat yang sangat sering disinggahi oleh kesalahan. Hidup mereka terasa tidak tenang ketika berdiam diri menatap para setan yang menduduki singgasana kemenangannya atas kekalahan manusia. Namun di sisi lain mereka merasa lemah dan tak berdaya, jauh dari Sang Khalik, buta akan jalan kebenaran, melangkah tanpa arah yang jelas, dan terkekang oleh kebinalan jiwa yang sampai detik ini belum juga mampu dikendalikan sepenuhnya. Manusia manusia awam itu mengerti bahwa bukanlah hal aneh lagi jika merasakan kehausan akan pembimbing. Kesadarannya akan pembimbing yang selalu ada di sisi mereka belum juga membuat hati tergerak untuk berkonsisten menjalankan kewajiban pada-Nya. Sungguh di luar perkiraan. Sadar tetapi tidak berhasrat untuk bergerak. Manusia macam apa mereka itu? Sebenarnya, bukan kekurangan dan kecacatan dalam diri mereka yang ingin ditunjukkan pada dunia. Akan tetapi, tanda tanya besar yang melanda jiwa, emosi, dan pikiran yang tenggelam dalam gelapnya dasar lautan dosa.

Sekelompok orang itu tidak pernah tahu sampai kapan mereka akan terus seperti itu, menjadi budak setan dan tertipu daya oleh kebejatan para iblis yang mengetahui kelemahan fatal pada diri mereka. Setiap embusan napas beriring niat yang tak sempurna membuat setan yang membelenggu sebagian sisi hidup mereka semakin bersemangat dan bekerja keras untuk senantiasa mengundang orang orang lemah itu dalam permainan iblis yang menyediakan jalan menuju surga fana yang penuh dengan kecurangan dan kejahatan, mengekor pada kebengisan, menderita tanpa kesadaran, bergelut dengan waktu yang sia sia mengenaskan, bermain dengan manusia murahan, berhambur ria dengan harta kekayaan, acuh pada anak anak yang sengaja ditelantarkan, telah membeku pada akar pikiran manusia buta yang berpuasa mengais pahala.

Hingga pada saat waktunya mereka  merasakan penyesalan, semua menjadi terlambat dan sia sia. Para penjilat liar yang berhasil merobohkan dinding keimanan akhirnya tertawa puas dan lepas ketika samudera manusia tidak lagi hanya menjadi sekadar sekumpulan umat yang lalai bersama tugas-tugasnya, tetapi juga menjadi hamparan dosa tak terhingga. Kini hanya tersisa segelintir pejuang yang mau dan mampu mempertahankan mimpi indahnya, pendiriannya, kecukupunnya, penderitaannya, dan rasa cintanya pada kerigiliusan dirinya. Perbuatan yang benar dan buruk adalah dua buah pilihan yang sama sekali tidak dipaksakan bagi siapa pun. Namun pada akhirnya, perbuatan itu akan mencerminkan dirinya sendiri dan akan menghantarkan pilihannya kepada dua pilihan lain, yaitu hidup tenang dan bahagia selamanya atau tersiksa bersama bidadari neraka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar