keyfind

keyfind

Untitled



Dia bukanlah yang terbaik di antara yang baik. Dia juga bukan yang baik di antara yang kurang baik. Namun jangan sebut dia yang terburuk di antara yang buruk. Meskipun nyatanya banyak yang sibuk menyebut dirinya manusia terkutuk. Namanya kini bukan lagi sekadar nama. Namanya kini telah setara dengan bangkai perusa buas yang dihinggapi penyakit menular mematikan. Bahkan banyak telinga yang tak menerima suara yang menyebutkan namanya dan pikiran yang memadamkan penerangan ketika ingat tentang dirinya. Lihatlah... angin yang datang dari beberapa arah berlawanan itu. Angin-angin itu telah menyebarkan penyakit yang dibawa bangkai perusa kepada setiap jiwa yang diembuskannya.

Semua insan berakal tahu bahwa tidak ada yang sempurna di alam semesta. Paham ini menjamur di berbagai tempat, tapi tidak semua akar terkubur di tanah yang subur. Ada permukaan yang bisa menjadi sumber pakan namun tidak menyejahterakan. Ada pula daratan gersang yang mematilayukan. Harapnya masih ada tanah gembur yang kaya energi agar mampu bertahan hidup dan menunggu mekarnya mahkota yang masih menguncup di atas takhta. Hal ini mencuatkan tanda tanya besar yang membebani bahu pendek itu. Tembok raksasa yang dibangun berkelok-kelok tak menggugah niatnya untuk meluruskan hal yang bukan menjadi kewajibannya. Dia lebih memilih berdiam diri sambil menunggu datangnya keajaiban. Lagipula Tuhan beserta malaikat-Nya tak pernah tidur mengawasi jagat raya.

Dirinya tampak lelah, mungkin karena terlalu banyak perkataan pedas yang membuat telinganya memanas. Hidupnya menjadi agak cemas karena sekitar yang membuat dirinya merasa terjumus ke dalam cerita nahas. Perasaan jujur yang mengungkapkan kebingungan itu tak lagi sanggup ia tutupi. Kendati dirinya berusaha mengangkat kepala untuk menunjukkan senyum lebar sampai ke pipi.

Ini bukan hanya tulisan yang menggambarkan penderitaan seseorang, melainkan juga seberkas kata yang terkumpul ketika dirinya merasa diserang. Namun banyak indera yang menyangka bahwa ini hanyalah ungkapan sekilas rasa dari orang yang memelas iba. Acuh memang kunci yang tepat di saat seperti ini walaupun di balik ini ada diri yang sedang diperbaiki.

Saat ini ada beberapa rangkai yang sedang giat mengadu domba dan menghias wajah terbaik mereka dengan kisah-kisah yang tak terduga. Mungkin dari semua rangkaian itu menghantarkan amarah yang memercikan arus kebencian. Mereka sangat cerdas dalam memanipulasi keadaan dengan gambar percakapan yang mereka buat. Masing-masing di antaranya saling berlomba membersihkan nama diri tanpa disadari ada hati yang sedang merasa dikuliti. Satu hal... Pernyataan yg sangat umum dan sering diungkapkan orang banyak yaitu 1000 kebaikan takkan tampak karena 1 kesalahan atau keburukan. 1 kesalahan atau keburukan akan lebih diingat dibanding 1000 kebaikan. Dia mungkin bukan orang dengan 1000 kebaikan. Justru mungkin dia adalah orang dengan 1000 kesalahan atau keburukan. Tapi seandainya dia punya cermin yang bisa bicara, dia akan memberikannya pada mereka yang berdiri tegap dengan kesombongan yang mereka anggap kebenarannya. Lalu dia akan mengajak mereka becermin bersama. Karena cermin tidak akan pernah berbohong dan selalu menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya. Cermin bisa menyadarkan diri seseorang karena bayangan yang tak pernah berbeda dan selalu sama. Dan cermin pun bisa menunjukkan sesuatu di belakang bayangan tubuh yang tak pernah disadari pemiliknya. Namun cermin itu bukan untuk menyadarkan mereka yang mengaku suci hatinya, melainkan untuk memberitahu kebenaran yang paling tampak tapi tidak pernah terlihat oleh mata yang selalu diselubungi kebencian. Semua menganggap bahwa ini semua karena kesalahannya, tapi adakah satu orang saja yang meilirik sedikit penderitaan yang dialaminya? Karena ini bukan masalah pilihan hidup. Dirinya selalu menginginkan hidup yang baik. Namun ada hal lain yang selalu mengubah haluannya. Dan hal lain itu sama sekali tak pernah dimengerti oleh siapa pun. Karena yang lain hanya terus sibuk dengan pembelaan dan pembenaran terhadap dirinya dan merasa lebih cerdas dengan nasihat-nasihat yang tidak dilakukan di dalam hidupnya.

Walaupun tidak ada yang mengerti, pria pendek ini tidak memilih untuk mengakhiri hidupnya. Banyaknya tawa yang melecehkan, sindir yang memerihkan, orang lain yang selalu jadi bahan perbandingan, caci maki yang mengenyangkan, cercaan yang meyakinkan, dan sumpah-sumpah yang mengerikan telah ditelannya mentah-mentah. Namun perkara itu tidak melunakkan ketahanan hidupnya. Soal itu bisa dijadikan hiasan kamar tidurnya yang cukup mengingatkan akan sebuah pelajaran ketika tubuhnya terbangun di pagi hari yang menanti senyum palsunya.

Jangan sangka bahwa ini adalah bentuk ketidaktahuandirinya. Ia hanya mencoba memperbaiki keadaan hidupnya yang ditemani dengan obat-obatannya yang setia dan jadi makanan sehari-harinya. Cukup sumbangkan doa agar Tuhan mengembalikannya ke jalan yang seharusnya sehingga dirinya tenang ketika kembali dalam pelukan-Nya walaupun masih banyak utang tersisa yang masih selalu diperhitungkan oleh mereka yang tak mampu mengikis benci yang tertanam kuat di dalam hati. Tidak mudah memang membuka pintu maaf dan ikhlas untuk orang yang meninggalkan banyak jejak luka. Akan tetapi, apa lagi yang bisa diharapkan jika orang yang dibenci sudah mati walaupun mungkin ada di antaranya yang berharap orang mati itu terjatuh ke dalam lembah neraka yang penuh dengan penderitaan abadi. Dia hanya ingat bahwa Tuhan Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun meskipun kita bukan nabi yang bisa tahan menerima cobaan yang tak henti-henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar